Koneksi Antar Materi Modul 3.1:
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran
Oleh : Moh. Dasuki, S.Pd.I
CGP Angkatan 5
1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap
Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan
sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan
adalah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
KHD berpandangan, seorang pendidik hanya dapat
menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan
kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan atau mengambil
keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya mengarahkan
bagaimana murid berkembang sesuai karakter, keunikan serta memaksimalkan segala
potensi yang dimilikinya.
Filosofi
Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar
dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa
sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik
kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan
karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun
karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau
mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai
pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan
filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Disadari atau tidak setiap individu termasuk
juga guru memiliki nilai-nilai kebajikan yang sudah tertanam dalam dirinya.
Nilai-nilai yang sifatnya berupa kebajikan universal meliputi hal-hal seperti
keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berprinsip,
integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran, dan masih
banyak lagi.
Nilai-nilai positif yang tertanam kuat dalam
diri kita penting untuk dipupuk karena keputusan-keputusan yang diambil oleh
seseorang akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh orang
tersebut. Dengan nilai-nilai yang dimilikinya seorang guru hendaknya menjadi
rujukan atau teladan baik bagi murid maupun seluruh warga sekolah.
Dalam kesehariannya menjalankan tugas, tidak
jarang seorang guru berada dalam posisi yang menuntutnya untuk mengambil
keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada
pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara
benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama
untuk mengambil keputusan yang tepat. Maka di sinilah nilai-nilai yang akan
membimbing dan mendorong kita untuk mengambil keputusan yang tepat dan
bijaksana. Dalam pengambilan keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid,
seorang guru akan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal yang
disepakati dan disetujui bersama.
Nilai-nilai
yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang
tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut
merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang
menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan
rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada
dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita
berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
Keputusan
tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang
dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan
kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang
mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.
Nilai-nilai
positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid
adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional
kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan
berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk
meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan
keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri
kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu
oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Coaching
adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang
sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki
orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah
apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis.
Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan sembilan
langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap
keputusan yang kita ambil.
Coaching menjadi proses yang sangat penting
dilakukan di sekolah, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali
potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga
murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan
campur tangan orang lain, serta mampu mengambil keputusan yang tepat dengan
resiko yang paling kecil.
Pembimbingan
yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu
saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai
kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat
saya pertanggung jawabkan.
TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan
dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki
keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk
melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah
satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak
saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah
akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang
hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
Reality (Hal-hal yang nyata): proses
menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan): coach membantu coachee
dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan
dijadikan sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam
membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
TIRTA akronim dari :
T : Tujuan
I : Identifikasi
R : Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran di
kelas sudah seyogyanya harus bisa mengetahui dan memahami kondisi sosial dan
emosional dari muridnya. Selain itu untuk dapat membentuk dan mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila, seorang murid harus mampu menyelesaikan permasalahannya
dalam belajar sehingga tidak menjadi dilema bagi mereka untuk sekarang maupun
yang akan datang. Guru juga penting untuk memahami aspek sosial dan
emosionalnya agar mereka mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana
dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran baik di kelas maupun di lingkungan
sekolah.
Sebagai seorang
pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid
di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang
menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu
diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid
dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar
guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan
tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di
sekolah.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang
pendidik.
Keberpihakan dan
mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu
membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu
melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat
mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika
ataukah bujukan moral.
Seorang pendidik
ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan
etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang
dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil
sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka
keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan
begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah
moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya
benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa
Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri,
inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan
mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat
sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan
yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.
6. Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan
yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai
jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat
dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui
proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka
keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari
pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
7.
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit
dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus
dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di
lingkungan Anda?
Jawaban saya yaitu
iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah
yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang
kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan
tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen
tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil
kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak
kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.
8. Dan pada
akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Menurut pendapat saya,
semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang
digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah
sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam
belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan
kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada
murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan
belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan
dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
9. Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Ketika guru sebagai
pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan
berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi
oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang
menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh
menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam
mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang diambil
oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan
dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan
dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan
bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid.
Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat
akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil
belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran
berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan
diferensiasi produk.
10. Apakah
kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Pembelajaran dan pengalaman yang saya peroleh
dari mempelajari modul 3.1 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran adalah bahwa seorang pendidik merupakan pilar utama dalam dunia
pendidikan yang berinteraksi langsung dengan murid sehingga sering diperhadapkan
oleh situasi dan problematika yang mengharuskan dilakukannya pengambilan
keputusan. Tentunya harapan dari pengambilan keputusan yang dilakukan ini
bukanlah suatu keputusan gegabah dan terburu-buru, yang kemudian tidak
mempertimbangkan konsekuensi dan situasi tak terduga lainnya di masa depan
serta mencederai pihak lainnya. Pengambilan keputusan yang dilakukan merupakan
rangkaian proses yang harus dilakukan dengan penuh cermat dan
kehati-hatian dalam menentukan sikap dan langkah tindakan dari berbagai
kemungkinan situasi yang ada.
Kesimplan yang didapat
dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah
:
Pengambilan keputusan
adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan
kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin
pembelajaran.
Pengambilan keputusan
harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being).
Dalam pengambilan
keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness)
untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Dalam perjalanannya
menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral
sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian
keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut
berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.