GURU, KUATKAN
PUNDAKMU!
(Tulisan ini dimuat di Radar
Madura, Jawa Pos Kolom Pendidikan)
Oleh :
Moh. Dasuki SN*
Salah satu komponen penting yang harus
ada dalam dunia pendidikan adalah peran
aktif dari seorang pendidik atau guru. Karena guru merupakan pelaku utama dari
dunia pendidikan dan orang yang selalu berinteraksi langsung dengan objek
Pendidikan (siswa). Tanpa kehadiran
guru, maka sepertinya akan sulit -bahkan mustahil-
pendidikan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Tugas seorang guru tidaklah
mudah, ada beban moril dan sosial yang diembannya. Tugas itu mencakup hampir semua aspek kehidupan manusia.
Mulai dari pengetahuan, sikap dan mental siswa agar tujuan dari pendidikan itu
dapat tercapai, dan bisa membentuk tatanan kehidupan yang lebih baik dalam berbangsa dan bernegara. Bahkan tak jarang
perilaku negatif dari penduduk bangsa ini selalu dikaitkan dengan peran guru.
Seorang guru itu harus bisa mengajar sekaligus mendidik. Dalam artian,
disamping dapat menjadikan siswa itu memiliki pengetahuan mumpuni, juga siswa bisa memiliki perilaku baik dalam keidupan sehari-hari dengan mengamalkan ilmu-ilmu yang
telah diperoleh di sekolah.
Melihat kompleksnya tugas dan beban guru, maka sorang guru dituntut memiliki skill dan kompetensi yang lebih. Mulai dari kompetensi pengetahuan, spritual, emosional, dan sosial. Memang terasa
berat, tapi dengan kompetensi tersebut seorang guru akan mampu memikat hati
muridnya sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik.
Sering kita dengar dari para siswa bahwa guru si A itu orangnya begini, guru si B itu seperti
itu, dan ocehan-ocehan lainnya tentang guru mereka. Tentu Penilainan tersebut
muncul karena sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang guru, baik ketika dalam peroses belajar mengajar ataupun dalam
kehidupan sehari-hari. Seorang guru seyogyanya mau di evaluasi dan selalu melakukan evaluasi diri untuk
mengetahu kekurangannya dalam rangka untuk perbaikan kualitas diri.
Guru itu ibarat model bagi anak didiknya. Segala tindak
tanduk dari seorang guru diperhatikan oleh siswa. Penampilannya mulai dari
ujung rambut hingga ujung kaki akan menjadi perhatian siswa. Gaya dan style
guru juga tidak lepas dari perbincangan siswa. Apapun kondisi guru tetap harus
semangat dan energik di depan siswa, segala permasalahan yang dialami guru harus
disembunyikan dalam-dalam, sehingga yang tampak dari seorang guru adalah hal
yang baik-baik saja.
Disamping menjadi model guru juga bisa menjadi aktor. Terkadang
seorang guru harus bisa menjadi sahabat bagi peserta didiknya, tempat untuk
berbagi cerita dan mendengar keluh kesah mereka, pada akhirnya bisa memberikan
solusi dan saran yang tepat terhadap persoalan yang dihadapi. Dilain kesempatan
seorang guru bisa juga menjadi orang tua bagi anak didiknya yang menyayangi,
membimbing, membina dan selalu ada untuk mereka.
Tidak perlu menciptakan gap antara guru dan murid. Gap
yang tercipta tidak akan mengangkat kharisma seorang guru dimata siwa, bahkan
malahsebaliknya, bisa menimbulkan kesenjangan hubungan antara guru dan siswa.
Kharisma itu terpancar bukan dari karena kesenjangan hubungan yang tercipta
melainkan dari ahlak dan performa guru dimata siswa.
Ungkapan atau slogan yang dibuat oleh bapak pendidikan sekaligus Pahlawan
Nasional Ki Hajar Dewantara menjadi pengangan
seorang guru. Ungkapan itu adalah Ing ngarsa sung tulada artinya ketika berada di depan seorang guru harus bisa memberi teladan dan contoh
tindakan yang baik. Ing madya mangun karsa artinya ketika
berada di tengah murid-muridnya
seorang guru harus dapat
menciptakan ide dan membangun semangat. Tut wuri handayani artinya,
ketika berada di belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan.
Slogan itu jangan hanya menjadi jargon pendidikan belaka,
tapi harus benar-benar menjadi pegangan hidup dan dipraktekkan oleh guru,
sehingga harapan dan cita-cita dari bapak pendidikan kita bisa terealisasikan.
Guru, kuatkan pundakmu untuk memikul semua tugas mulia ini!