Ekosistem
adalah keadaan khusus tempat komunitas suatu organisme hidup dan komponen
organisme tidak hidup dari suatu lingkungan yang saling berinteraksi. Konsep
ekosistem ini sering dibicarakan di Biologi, ekosistem berkaitan dengan
ekosistem laut, ekosistem di padang pasir, ekosistem di stepa. Ekosistem adalah
keadaan khusus tempat komunitas yang biotik dan abiotik yang saling
berinteraksi, berkesinambungan. Masing-masing komponen dalam suatu
ekosistem berkontribusi dalam interaksi yang erat untuk menyediakan bahan yang
diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka. Mulai dari cahaya matahari, air,
hewan, tumbuhan, dan sumber energi lainnya semuanya memberikan kontribusi
terhadap ekosistem. Konsep ekosistem sekarang ini maknanya menjadi lebih lua.
Sebuah organisasi atau komunitas sekarang disebut sebagai ekosistem.
Ekosistem
di sekolah meliputi sumber daya biotik dan abiotik. Faktor-faktor biotik yang
ada di ekosistem sekolah sebagai berikut: (1) murid, (2) kepala sekolah, (3)
guru, (4) staf tata usaha/tenaga kependidikan, (5) pengawas sekolah, (6) orang
tua peserta didik; dan (7) masyarakat sekitar sekolah. Selain faktor-faktor
biotik, ada juga faktor-faktor abiotik juga memiliki kontribusi untuk
kelangsungan proses pendidikan di sekolah, adalah :(1) keuangan; (2) sarana dan
prasarana sekolah.
Di
dalam mengelola sumber daya yang ada di ekosistem sekolah, seorang pemimpin
harus mampu memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang ada. Ada dua pendekatan
yang bisa digunakan dalam mengelola sumber daya tersebut diantaranya:
(1)
Pendekatan berbasis masalah/ kekurangan (deficit based thingking), dimana
pendekatan ini berfokus dan berkutat pada masalah utama dan isu,
mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan, fokus mencari bantuan dari orang
lain, dan fokus membicarakan kelemahan. Pendekatan ini memilki kelemahan, kita
tidak menyadari adanya potensi atau kekuatan yang dimiliki karena berpusat pada
kelemahan dan kekurangan.
(2)
Pendekatan berbasis kekuatan/aset (asset based thingking), pendekatan ini
berfokus pada asset dan kekuatan, membayangkan masa depan, berpikir tentang
kesuksesan yang diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut,
mengkoordinir kompetensi yang di miliki dan sumber daya (aset dan kekuatan),
merancang dan melaksanakan rancangan aksi yang sudah diprogramkan sesuai
berdasarkan visi dan kekuatan, dilakukan dengan alur BAGJA.
Sebagai
pemimpin dalam pengelolaan sumber daya haruslah menggunakan pendekatan yang
berpusat pada aset dan kekuatan yaitu asset based thingking atau pendekatan
berbasis kekuatan aset (PBKA). Pendekatan ini menekankan menyelesaikan
tantangan yang dihadapi dengan bermodalkan dan berfokus pada potensi aset/
sumber daya yang dimiliki suatu komunitas yang identifikasi berdasarkan 7 modal
utama yang ada di komunitas. Ada 7 modal utama yang ada dalam sebuah komunitas
yakni: modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal agama dan budaya, modal
lingkungan/alam, modal finansial, dan modal politik. Dari ketujuh aset utama
tersebut bisa dikelola dengan baik berdasarkan kekuatan dan potensi dengan
berbasis kekuatan aset, akan lebih berdaya guna dan berkelanjutan.
Keterkaitan
Materi
Keterkaitan
materi terwujud dalam kesimpulan tentang pengelolaan sumber daya berikut ini.
Pemimpin
pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya merupakan upaya mengelola segala
kekuatan dan potensi yang ada melalui tuntunan, sehingga murid bisa bertumbuh
dengan bahagia menjadi manusia seutuhnya sesuai kodrat, baik sebagai individu
maupun anggota masyarakat.
Dari
kesimpulan di atas, terdapat beberapa kata kunci yang menghubungkan materi
pengelolaan sumber daya dengan materi lainnya. Kata-kata kunci ditunjukkan
dengan cetak tebal dalam kesimpulan di atas, yaitu kekuatan dan potensi,
tuntutan, murid, bertumbuh, bahagia, manusia seutuhnya, kodrat, dan anggota
masyarakat.
Keterkaitan
Materi
Modul
3.2
Kekuatan
dan Potensi merupakan pemimpin pengelolaan sumber daya itu sendiri. Sekolah
bisa menggali kekuatan dan potensi melalui pikiran positif terhadap sumber daya
yang ada. Membutuhkan kreativitas dalam mengelola kekurangan sebagai kekuatan.
Modul
3.1
Mengelola
menunjukkan keterkaitan materi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber
daya dengan materi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Sebagai
pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan tepat terkait pengelolaan
sumber daya yang ada di sekolah. Dengan pengambilan keputusan yang tepat, maka
pengelolaan sumber daya juga akan tepat. Selain itu, sumber daya dapat
dimanfaatkan dengan pengambilan keputusan terkait strategi pemanfaatan yang
tepat pula.
Modul
2.3
Melalui
Tuntunan menunjukkan keterkaitan materi pemimpin pengelolaan sumber daya dengan
coaching. Hal ini contohnya dapat terlihat pada upaya sekolah dalam menggali
kekuatan dan potensi murid sebagai modal manusia. Banyak hal bisa dilakukan. Di
antaranya, yaitu kemampuan murid dalam menyelesaikan masalahnya sendiri melalui
penggalian potensi diri melalui tuntunan guru.
Modul
1.1
Murid
merupakan perwujudan dari anak-anak yang dipelajari dalam materi Filosofi
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Dengan berpedoman pada filosofi ini,
pengelolaan aset akan lebih tepat sasaran. Hal ini akan mengarahkan pengelolaan
aset berpusat pada murid. Sebagai contoh, yaitu terkait upaya mewujudkan proses
pembelajaran yang menyenangkan bagi murid.
Modul
1.3
Bertumbuh
menunjukkan keterkaitan dengan materi visi guru penggerak. Dalam kaitannya
dengan materi ini, visi menjadi dasar dalam pengelolaan sumber daya. Dengan
memiliki visi yang jelas akan memudahkan dalam menentukan aset yang akan
terlebih dahulu dikelola dan diimplementasikan di kelas, sehingga murid bisa
terus bertumbuh.
Modul
2.2
Bahagia
merupakan bagian dari emosi manusia. Hal ini menunjukkan keterkaitan dengan
materi Pembelajaran Sosial dan Emosional. Dengan adanya rasa bahagia, proses
pengelolaan sumber daya akan lebih ringan terasa. Tidak akan ada rasa terbebani
dalam mengelola dan mengimplementasikannya.
Modul
1.2
Manusia
berkaitan dengan materi nilai dan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak
memberikan pengaruh nyata terhadap pengelolaan sumber daya. Sebagai contoh
nilai mandiri, guru penggerak secara mandiri dapat mengembangkan diri untuk
mengelola sumber daya yang ada.
Modul
1.4
Seutuhnya
mengacu pada budaya positif di sekolah. Ada harapan tercipta budaya positif di
lingkungan sekolah dengan pengelolaan sumber daya seutuhnya. Sebagai contoh,
yaitu pengelolaan murid sebagai modal manusia dalam membuat kesepakatan kelas.
Adanya budaya positif pembuatan kesepakatan kelas di sekolah pada akhirnya akan
mampu membuat murid berkembang seutuhnya.
Modul
2.1
Kodrat
berkaitan dengan materi pembelajaran berdiferensiasi. Pengelolaan aset terkait
erat dengan hal ini. Implementasi materi pengelolaan sumber daya ini
menyesuaikan dengan kebutuhan murid. Sebagai contoh adalah perubahan mewujudkan
lingkungan kelas yang menyenangkan bagi murid. Untuk bisa mengimplementasikan
harus mempertimbangkan potensi murid.
Sebelum
mempelajari modul 3.2 tentang pemimpin sebagai pengelola sumber daya, saya
memiliki paradigma pengelolaan aset berdasarkan kelemahan sehingga keunggulan
atau potensi yang ada yang tidak terkelola dengan baik. Hal ini mengakibatkan
saya mengalami kesulitan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk
kepentingan murid karena saya lebih sering terfokus pada masalah yang dihadapi.
Saya masih belum pernah memetakan aset yang ada di sekolah. Hal ini karena
status hanya sebagai seorang guru biasa. Dalam pengelolaan aset masih sebatas
memberikan masukan. Itupun sifatnya terbatas.
Namun,
setelah mempelajari modul ini, semakin terbuka pemahaman saya. Terutama terkait
dengan pemetaan sumber daya dan upaya implementasinya. Selain itu, juga semakin
memahami bahwa meskipun bukan termasuk jajaran pengambil kebijakan, tetapi pada
dasarnya memiliki ruang untuk terlibat dalam pengelolaan aset sekolah.
Perubahan
pemikiran terutama terkait dengan upaya mengimplementasikan pengelolaan sumber
daya yang berpusat pada murid untuk mewujudkan visi sekolah.