PESTA
DEMOKRASI PALING SERU, YA PILKADES!
Oleh
: Moh. Dasuki. SN
Sebagaimana kita tahu, Negara Indonesia menganut sistem
demokrasi. Sehingga dalam pemilihan legislatif dan eksekutif dilakukan dengan
sistem demokrasi, bahkan sampai pada pemilihan ketua kelas di sekolah biasanya
juga demikian. Demokrasi memang bukanlah satu-saatunya sistem yang baik untuk Indonesia.
Tapi, sampai saat ini masih belum ada sistem yang lebih baik dari demokrasi
untuk Indonesia,
begitulah ungkapan yang sering di pakai oleh para pakar.
Saat ini dikabupaten Sumenep, khususnya di beberapa wilayah telah atau
akan melakukan salah satu kegiatan pesta demokrasi, yaitu pemilihan kepala desa
(pilkades). Hemat penulis, pencalonan pilkades pada tahun ini merupakan babak
baru yang terkesan lebih “Wah” di bandingkan dengan tahun sebelumnya.
Demikian juga dengan manufer-manufer politiknyapun juga jauh lebih heboh dan lebih seru
dibandingkan dengan pemilihan kepala desa
lima
tahun lalu.
Kita semuanya bisa melihat di daerah-daerah yang saat ini akan melaksanakan
pilkades, para calon berlomba-lomba membuat poster yang disertai dengan fotonya
calon dengan ukuran yang super besar, lengkap dengan kata-kata mohon doa’a
restu dan dukungan atau kata-kata lain yang berupa janji-janji politik jika
nanti terpilih, untuk menarik hati rakyat yang dipajang di pinggir-pinggir
jalan. Seperti layaknya calon Bupati, Gubernur dan Presiden saja mereka.
Demikina juga dengan fanatisme pendukungnya (tim sukses), sungguh luar
biasa. Kita mungkin pernah mendengar ada suami istri yang bertengkar bahkan
sampai terjadi perceraian gara-gara berbeda dukungan, yang istri dukung si A
sedangkan suami dukung calon si B misalnya, seperti yang terjadi di daerah
saya. Demikian juga ada tetangga yang tidak akur dengan tetangga lainnnya, juga
disebabkan karena berbeda dukungan.
Bahkan bagi sebagian pendukungnya rela berjaga-jaga setiap malam di
daerah basis si calon karena dikhawatirkan ada tim sukses calon lain yang masuk
ke daerahnya. Ini biasanya dilakukan ketika sudah hamper mendekati hari H. dan
dilakukan dengan suka rela oleh pendukungnya, paling hanya di kasik makan, kopi
plus rokok saja. Baru-baru ini saya pernah membaca status teman di jejaring
social facebook yang berisi kampanye untuk mendukung salah satu calon kepala
desa, seperti tingkat nasional saja, padahal suma tingkata desa. Bahkan dia
mungkin tidak tahu ada berapa orang yang memiliki akun facebook di desanya. Entahlah, apa yang telah di janjikan pada
mereka kok samapai seperti itu, atau ini hanya fanatisme golongan saja.
Yang menjadi calon biasanya orang-orang yang sudah dikenali oleh
masyarakat luas dan juga dari pihak kepala desa yang lama, entah itu dirinya
anaknya bahkan juga istrinya (Wa Ahlihi). Jika pemerintahan kepala desa sebelumnya
bagus maka bisa dipastikan dia atau ahlihinya akan menang.
Inilah memang demokrasi. Mungkin masyarakat pedesaan saat ini sudah mulai
faham bagaimana dan apa itu demokrasi yang sesungguhnya. Dari pilkades itulah
masyarakat mulai belajar bagaimana cara mempengaruhi massa dan cara berpolitik yang baik yang
tidak terbatas pada pragmatisme belaka. Pokoknya menurut hemat penulis, pesta
demokrasi peling seru, ya pilkades dech!!