KEAGUNGAN BULAN RAMADLAN
Oleh: Moh. Dasuki SN*
Bulan
Ramadlan merupakan bulan yang penuh dengan berkah, maghfirah dan kasih sayang
dari Allah SWT. Seakan-akan pada bulan ini Allah begitu "Memanjakan"
umat Nabi Muhammad dengan berbagai fadlilah atau keutamaan-keutamaan yang
terkandung didalamnya. Berbagai kemudahan untuk mendapatkan pahala diberikan
oleh Allah SWT. Tapi, kadang-kadang sedikit dari manusia yang mencari dan
berusaha untuk mendapatkan kemudahan tersebut. Karena mereka tidak menjaga
kualitas dan kesucian dari puasa, mereka hanya tidak makan dan mium tapi
perbuatan mereka jauh melenceng dari syariat Islam, seperti suka maksiat,
mengunjing orang lain, sombong, korupsi, dan sebagainya. Sehingga mereka tidak
memperoleh apa-apa dari puasanya kecuali hanya rasa lapar dan dahaga, seperti
yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW. Na'udzubillah!
Dari
berbagai literatur dijelaskan bahwa pada bulan Ramadlan banyak
peristiwa-peristiwa besar terjadi, mulai dari heroiknya perang badar pada waktu
Nabi Muhammad dahulu, turunnya kitab-kitab yang empat, termasuk Al-qur'an dan
hadirnya malam lailatul qadar atau yang disebut dengan malam seribu
bulan oleh salah satu band ternama di Indonesia. Barang siapa yang mengerjakan
satu amalan baik bertepatan dengan malam lailatul qadar maka pahala amalnya akan dicatat bagaikan mengerjakan selama
seribu bulan. Subhanallah!
Pada
bulan Ramadlan orang muslim diwajibkan berpuasa, sebagai manifestasi dari rukun
Islam yang keempat. Berpuasa secara medis juga diakui sangat bermanfaat bagi
kesehatan manusia. Dalam agama, orang yang berpuasa pada bulan Ramadlan akan
mendapatkan pahala yang sangat besar sekali dari Allah SWT jika dalam
mengerjakannya sesuai dengan syariat Islam. Bahkan malaikat sendiri pun tidak
tahu seberapa besar pahala yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang
berpuasa, karena yang memberikan pahala puasa itu langsung Allah SWT sendiri.
Sebagimana firman Allah yang terdapat pada hadis qudsi. Yang artinya :
Rasulullah SWA bersabda, bahwa Allah SWT berfirman: Tiap amal kebaikan yang
dilakukan oleh anak adam berlipat pahalanya dari sepuluh sampai tujuh ratus
kali, kecuali ibadah puasa, maka itu adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
membalasnya".
Mengapa
kok sampai Allah sendiri yang langsung memberikan pahala kepada orang yang melakukan
puasa? Didalam kitab Dzurratun Nashien dijelaskan. Yang melatar
belakangi hal tersebut ada beberapa macam. Pertama. Karena didalam
ibadah puasa itu tidak bisa terjadi riya' (Pengen dipuji orang lain).
Karena ibadah puasa itu tidak bersifat gerak fisik atau perbuatan, dan
pekerjaannya tidak begitu tampak pada orang lain. lain halnya seperti ibadah shalat, naik
haji, dan yang sebagainya yang pekerjaannya tampak. Kita lihat pada ibadah shalat, seseorang bisa saja
melakukan riya', misalnya seseorang memperbagus gerak dan bacaan shalat karena
ada seseorang yang melihat, dengan harapan supaya dia d puji dan merasa kagum kepadanya. coba kita ihat puasa, puasa itu hanya dilakukan dengan niat pada
waktu malam hari dan pada waktu siang hari tidak ada kegiatan spesifik yang
dapat dilihat jelas oleh orang lain.
Kedua, karena ibadah puasa itu merupakan ibadah yang
samar, yang sulit diketahui oleh orang lain, dan hanya Allah sendiri yang
mengetahuinya, ini hampir sama dengan yang pertama, yaitu karena puasa itu
ibadah yang tidak dikerjakan dengan pekerjaan yang tampak. Coba kita lihat orang-orang
disekitar kita, pada bulan puasa tentunya kita mengira semua orang muslim berpuasa
semua, kecuali kalau kita melihat sendiri orang tersebut sedang makan. Padahal
siapa tahu dari mereka sebelumnya telah makan dan meminum secara sembuyi-sembunyi, lalu setelah itu
mereka menbersihkan mulut mereka dan setelah itu berlagak seperti halnya orang
yang berpuasa. Maka manusia mana yang akan tahu?
Ketiga, karena ibadah puasa itu merupakan ibadah yang
dicintai oleh Allah, sebagaimana yang diteragkan pada hadis tersebut diatas dan
juga hadis hadis yang lain. Keempat, bahwa diakuinya ibadah puasa adalah
untuk Allah, sabagiaman alam hadis, itu merupakan suatu pemuliaan sebagaimana dikatakan
"Baitullah" (rumah Allah), itu merupakan sebutan untuk tempat-tempat
suci atau tempat ibadah seperti masjid.
Kelima, dengan berpuasa (tidak makan minum) dan
menahan syahwat merupakan salah satu dari sifat malaikat. Sebagaimana yang
diterangkan dalam syair kitab Aqidatul Awam, yang artinya "Dan
(sifat) malaikat yang tidak memiliki ayah dan ibu, serta tidak makan dan tidak
mnium, dan tidak pernah tidur". Malaikat merupakan makhluk Allah yang
tidak pernah ingkar dan selalu mengerjakan perintah Allah. Karena, malaikat
tidak memiliki nafsu.
Oleh
karena itu, senyampang kita masih diberi kesempatan hidup oleh Allah SWT untuk
berada dan berjumpa dengan bulan Ramadlan kali ini, hendaknya kita berusaha
semaksimal mungkin untuk melakukan segala amal kebaikan dan menjauhi segala apa
yang dilarang-Nya agar kita memperoleh segala keutamaan yang terkandung didalam
bulan Ramadlan. Dan jangan biarkan setiap waktu yang kita lewati berlalu tanpa
amalan yang disyariatkan oleh Islam, dan akhirnya terbuang dengan sia-sia.
*Tulisan ini di muat d tabloid INFO Sumenep