Senin, 08 Agustus 2011

KEAGUNGAN BULAN RAMADLAN

KEAGUNGAN BULAN RAMADLAN
Oleh: Moh. Dasuki SN*

Bulan Ramadlan merupakan bulan yang penuh dengan berkah, maghfirah dan kasih sayang dari Allah SWT. Seakan-akan pada bulan ini Allah begitu "Memanjakan" umat Nabi Muhammad dengan berbagai fadlilah atau keutamaan-keutamaan yang terkandung didalamnya. Berbagai kemudahan untuk mendapatkan pahala diberikan oleh Allah SWT. Tapi, kadang-kadang sedikit dari manusia yang mencari dan berusaha untuk mendapatkan kemudahan tersebut. Karena mereka tidak menjaga kualitas dan kesucian dari puasa, mereka hanya tidak makan dan mium tapi perbuatan mereka jauh melenceng dari syariat Islam, seperti suka maksiat, mengunjing orang lain, sombong, korupsi, dan sebagainya. Sehingga mereka tidak memperoleh apa-apa dari puasanya kecuali hanya rasa lapar dan dahaga, seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW. Na'udzubillah!
Dari berbagai literatur dijelaskan bahwa pada bulan Ramadlan banyak peristiwa-peristiwa besar terjadi, mulai dari heroiknya perang badar pada waktu Nabi Muhammad dahulu, turunnya kitab-kitab yang empat, termasuk Al-qur'an dan hadirnya malam lailatul qadar atau yang disebut dengan malam seribu bulan oleh salah satu band ternama di Indonesia. Barang siapa yang mengerjakan satu amalan baik bertepatan dengan malam lailatul qadar maka amalnya akan dicatat bagaikan mengerjakan selama seribu bulan. Subhanallah!
Pada bulan Ramadlan orang muslim diwajibkan berpuasa, sebagai manifestasi dari rukun Islam yang keempat. Berpuasa secara medis juga diakui sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Dalam agama, orang yang berpuasa pada bulan Ramadlan akan mendapatkan pahala yang sangat besar sekali dari Allah SWT jika dalam mengerjakannya sesuai dengan syariat Islam. Bahkan malaikat sendiri pun tidak tahu seberapa besar pahala yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang berpuasa, karena yang memberikan pahala puasa itu langsung Allah SWT sendiri. Sebagimana firman Allah yang terdapat pada hadis qudsi. Yang artinya : Rasulullah SWA bersabda, bahwa Allah SWT berfirman: Tiap amal kebaikan yang dilakukan oleh anak adam berlipat pahalanya dari sepuluh sampai tujuh ratus kali, kecuali ibadah puasa, maka itu adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya".
Mengapa kok sampai Allah sendiri yang langsung memberikan pahala kepada orang yang melakukan puasa? Didalam kitab Dzurratun Nashien dijelaskan. Yang melatar belakangi hal tersebut ada beberapa macam. Pertama. Karena didalam ibadah puasa itu tidak bisa terjadi riya' (Pengen dipuji orang lain). Karena ibadah puasa itu tidak bersifat gerak fisik atau perbuatan, dan pekerjaannya tidak begitu tampak pada orang lain, seperti ibadah shalat, naik haji, dan yang sebagainya. Kita lihat pada ibadah shalat, seseorang bisa saja melakukan riya', misalnya seseorang memperbagus gerak dan bacaan shalat karena ada perempuan yang ditaksir dibelakangnya, dengan harapan supaya perempuan tersebut kagum kepadanya. Sedangkan puasa itu hanya dilakukan dengan niat pada waktu malam hari dan pada waktu siang hari tidak ada kegiatan spesifik yang dapat dilihat jelas oleh orang lain.
Kedua, karena ibadah puasa itu merupakan ibadah yang samar, yang sulit diketahui oleh orang lain, dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya, ini hampir sama dengan yang pertama, yaitu karena puasa itu ibadah yang tidak dikerjakan dengan pekerjaan yang tampak. Coba kita lihat orang-orang disekitar kita, pada bulan puasa tentunya kita mengira semua orang muslim berpuasa semua, kecuali kalau kita melihat sendiri orang tersebut sedang makan. Padahal siapa tahu dari mereka sebelumnya telah makan dan meminum secara sembuyi-sembunyi, lalu setelah itu mereka menbersihkan mulut mereka dan setelah itu berlagak seperti halnya orang yang berpuasa. Maka manusia mana yang akan tahu?
Ketiga, karena ibadah puasa itu merupakan ibadah yang dicintai oleh Allah, sebagaimana yang diteragkan pada hadis tersebut diatas dan juga hadis hadis yang lain. Keempat, bahwa diakuinya ibadah puasa adalah untuk Allah merupakan suatu pemuliaan sebagaimana dikatakan "Baitullah" (rumah Allah), itu merupakan sebutan untuk tempat-tempat suci atau tempat ibadah seperti masjid.
Kelima, dengan berpuasa (tidak makan minum) dan menahan syahwat merupakan salah satu dari sifat malaikat. Sebagaimana yang diterangkan dalam syair kitab Aqidatul Awam, yang artinya "Dan (sifat) malaikat yang tidak memiliki ayah dan ibu, serta tidak makan dan tidak mnium, dan tidak pernah tidur". Malaikat merupakan makhluk Allah yang tidak pernah ingkar dan selalu mengerjakan perintah Allha. Karena, malaikat tidak memiliki nafsu.
Oleh karena itu, senyampang kita masih diberi kesempatan hidup oleh Allah SWT untuk berada dan berjumpa dengan bulan Ramadlan kali ini, hendaknya kita berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan segala amal kebaikan dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya agar kita memperoleh segala keutamaan yang terkandung didalam bulan Ramadlan. Dan jangan biarkan setiap waktu yang kita lewati berlalu tanpa amalan yang disyariatkan oleh Islam, dan akhirnya terbuang dengan sia-sia.

*Penulis adalah mahasiswa STIT Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep, sekarang "mengabdikan" dirinya di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Esensi STITA Sumenep.
Alamat Penulis : Jl. Dr. Soetomo No. 09 Pajagalan Sumenep