Rabu, 21 September 2011

EKSISTENSI POS TIDAK AKAN TEREDUKSI KEMAJUAN ZAMAN


EKSISTENSI POS TIDAK AKAN TEREDUKSI KEMAJUAN ZAMAN
Oleh: Moh. Dasuki SN*

Kehidupan didunia ini akan terus mengalir, bagaikan air yang selalu mengalir pada tempat yang lebih rendah. Kehidupan tidak hanya berhenti pada satu titik saja. Karena setiap hari, setiap bulan dan setiap tahun kita akan selalu dihadapkan terhadap persoalan dan nuansa kehidupan berbeda yang tidak ada pada kehidupan ditahun-tahun sebelumnya. Yang Tahun kemarin sudah ada, saat ini diperbaharui atau disempurnakan lagi karena tuntutan zaman. Seperti halnya dengan Pos Indonesia. Berbagai pelayanan yang bersifat untuk memudahkan para pelanggan digalakkan, mulai dari jasa pengiriman yang bersifat biasa atau sedang sampai kepada jasa pengiriman yang bersifat kilat (Pos Express). Juga di lengkapi dengan jasa pengiriman dan penerimaan uang cepat yang bekerja sama dengan Western Union yang sudah mencapai 10 tahun lamanya.
Dahulu disaat Pos masih bersifat manual dan sederhana, salah satu komponen yang bekerja pada Pos banyak dibicarakan oleh orang bahkan bisa menjadi ispirasi dari sebuah karangan tulisan, baik berupa cerpen, novel, dan karangan yang lainnya. Komponen tersebut adalah Pak pos/tukang Pos (penganntar barang atau surat). Mengapa sampai jadi pembicaraan bahkan bisa menjadi inspirasi tulisan? Karena pak Pos mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu rasa tabah dan kesederhanaan dalam mengemban tugas. Karena, setiap hari selalu mengantarkan surat dan barang-barag kepada rumah-rumah dengan memakai sepeda onthel. Tanpa kenal lelah dia mengayuh sepeda tersebut setiap hari kesana-kemari demi untuk menyampaikan surat atau barang yang dikirim seseorang.
Sesuai dengan perkembangan zaman, Saat ini hal itu sudah tidak terlihat lagi, semua pengantar Pos sudah memakai sepeda motor, karena sepeda motor itu bisa lebih cepat dan bisa lebih mengevesien waktu dari pada sepeda biasa atau sepeda onthel. Ini menunjukkan adanya dinamisasi perubahan dari waktu ke waktu. Dan tentunya kita semua berharap terhadap perubahan yang lebih baik. Siapa tahu hal ini masih akan terus berkembang lagi ditahun-tahun yang akan datang, dimana para pengantar barang atau surat (Pak Pos)  tidak lagi memakai sepeda motor seperti saat ini, melainkan masing-masing memakai mobil (semoga saja!). Namun, walaupun cara dan pola pengentar Pos Indonesia sudah berubah, tapi inti dari Pos Indonesia itu tidak berubah, yaitu mengantarkan barang atau surat kiriman pada alamat-alamat yang dituju. Itulah tugas pertama dan utama Pos Indonesia.
Pos merupakan badan atau lembaga yang tetap eksis dari dahulu sampai sekarang, Kantorpos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jendral G.W Baron van Imhoff tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1746. Sampai saat ini kehadirannya dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Coba kita lihat saat ini, yang dikenal dengan zaman globalisasi dan modernisasi yang ditandai dengan maraknya dan semakin majunya berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, seakan-akan jarak tidak lagi manjadi gap dan sekat pemisah untuk saling sapa antara satu orang dengan yang lainnya. Berbagai fasilitas menggiurkan dan memanjakan manusia disajikan; mulai dari HP, computer, internet, fax dan sebagainya. Dengan produk globalisasi ini seseorang bisa dengan mudah mengirimkan pesan ataupun surat. Lantas akankah pekerjaan Pos menjadi tidak ada dan menganggur? Tentu saja tidak, walaupum demikian Pos tetap berdiri tegak bagaikan batu karang ditenganh lautan yang tak goyah dengan hantaman ombak. Dan tetap beraktivitas seperti biasa, mungkin hanya sedikit lebih ringan saja pekerjaannya.
Memang, kita juga tidak bisa menafikan dan memungkiri manfaat dari keberadaan alat-alat produk globalisasi tersebut, dengan alat tersebut kita bisa berkomonikasi dengan orang lain yang nun jauh disana dengan sanagat mudah, untuk mengirimkan pesan juga sangat mudah, sudah bisa lewat SMS, e-mail, fax, dan sebagainya, kita hanya tinggal mengklik saja semuanya sudah beres terkirim dan tinggal menunggu jawaban balasan.
Sekarang permasalahannya adalah bagaimana jika yang mau dikirim itu tidak berupa pesan melainkan berupa benda atau barang? Bisakah kita mengirimnya lewat SMS, e-mail atau fax? Untuk saat ini saya yakin jawaban semuanya pasti akan bilang tidak, dan mungkin akan terus selamanya tidak, jika tidak ada penemuan yang lebih cangih dari sekarang. Inilah gambaran tentang akan tetap membutuhkannya seseorang terhadap Pos untuk jasa pengiriman. walaupun saat ini telah banyak yang menawarkan jasa-jasa pengiriman selain menamakan dirinya sebagai Pos Indonesi, tapi tetap saja pada dasarnya mereka meniru cara dan kinerja dari keberadaan Pos itu sendiri.
Jadi, jangan mentang-mentang karena saat ini zaman sudah canggih kita sampai melupakan jasa dan pertolongan Pos yang sudah sejak dahulu kala berada, dan misalnya mau membuat Pak Pos menjadi ngangur. maaf kalimat tersebut bukan maksud penulis untuk menggurui pambaca. Sebab, penulis lihat realita yang ada saat ini sepertinya sudah ada indikasi dan kecenderungan dari orang-orang zaman sekarang yang sudah apatis dan mulai menjauh terhadap keberadaan Pos Indosesia. Ingat ungkapan “lihatlah masa lalumu untuk mengembangkan masa depanmu”. Bagaimanapun kemajuan yang diraih saat ini tidak lepas dari andil perjalanan panjang masa lalu. Oleh karena itu, sekali lagi mari kita jangan sampai mengesampingkan keberadaan Pos Indonesia, ini bukan promosi atau iklan. Karena disadari atau tidak keberadaan Pos Indonesia tidak akan tereduksi oleh kemajuan zaman. Semoga!!!.


*Penulis adalah santri PP. Aqidah Usymuni Terate Pandian Sumenep asal daerah Batuputih Sumenep.