Minggu, 07 Juli 2013

Marhaban ya Ramadlan


MARHABAN YA RAMADLAN
Oleh : Moh. Dasuki SN*



                                                         
                                                                                                             
Mungkin judul tulisan ini sering anda lihat ketika bulan Ramadlan hampir atau sedang tiba, baik di Media elektronek dan cetak, di toko-toko dan di tempat-tempat lain. Mengapa semua orang kayaknya begitu heboh ketika bulan Ramadlan akan datang? Dan mengapa pula kok kayaknya orang-orang sangat antusias dan bersemangat sekali dalam menyambut bulan Ramadlan? Apa karena akan banyak orang-orang yang akan menjual makanan siap saji (ta'jil) pada waktu hampir menjelang buka? Atau memang karena pada bulan ramadlan terdapat fadlilah (keutamaan) yang begitu besar? Entahlah, jawaban pastinya penulis kembalikan kepada para pembaca sekalian.
Tapi, dalam kaca mata Islam, Bulan Ramadlan merupakan bulan yang paling istimewa, agung dan penuh dengan fadlilah dari pada bulan-bulan yang lain. Bahkan, segala pahala amal kebaikan kita menjadi berlipat ganda ketika melakukannya pada bulan Ramadlan. Ada malam seribu bulan, yang disebut dengan malam lailatul qadar, dimana barang siapa yang melakukan amal kebajikan bertepatan dengan malam tersebut maka pahalanya bagaikan beribadah seribu tahun, bayangkan, seribu tahun! Umur kita saja mungkin tidak akan sampai seribu tahun. Begitulah memang fadhilah yang terkandung dalam bulan Ramadlan dan masih banyak lagi fadlilah-fadlilah yang lainnya.
Begitu juga dengan kitab-kitab empat yang diturunkan kepada para nabi dan rasul, diturunkan bertepatan dengan bulan Ramadlan. Sebagimana sabda Rasulullah SAW yang artinya : "kitabnya (suhuf) Nabi Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadlan, kitab Tauratnya Nabi Musa diturunkan pada hari keenam, kitab Injilnya Nabi Isa diturunkan pada hari ketiga belas, kitab Zaburnya Nabi Dawud diturunkan pada hari kedelapan belas dan kitab Al-qur'an diturunkan pada hari ke dua puluh empat dari Ramadlan" (diambil dari kitab Dzurratun Nashien).
Namun, ulama' masih berselisih pendapat mengenai tangggal pasti turunnya Al-Qur'an dibulan Ramadlan. Sebab, ada yang mengatakan Al-qur'an diturunkan bukan pada tanggal dua puluh empat seperti hadist diatas, tapi tanggal tujuh belas pada bulan Ramadlan. Tapi, ulama sepakat bahwa Al-qur'an itu diturunkan pada bulan Ramadlan, hal ini diperkuat oleh firman Allah didalam Al-qur'an surat Al-Baqarah ayat 185. yang artinya :Bulan Ramadlan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)………..
Saat ini, kita telah hampir/sedang memasuki bulan yang penuh dengan fadhilah tesebut, kita harus gembira dan bersuka cita dalam menyambutnya. Sebab, Rasulullah bersabda yang artinya : ”Barang siapa yang gembira dengan masuknya bulan Ramadlan, maka Allah akan mengharamkan jasadnya disentuh oleh api neraka". kalau bahagia saja dalam menyambut datangnya bulan Ramadlan sudah memperoleh fadlilah yang begitu besarnya, apalgi sampai melakukan ibadah-ibadah, tentu pahalanya sangat besar sekali. Jadi, jangan sampai kesempatan yang mudah untuk meraih rahmat-Nya ini terbuang dengan sia-sia lantaran melakukan maksiat dan dosa.
Oleh karena itu, mumpung pada bulan Ramadlan ini kita masih diberi kesempatan hidupa oleh Allh SWT, maka kita harus berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan segala fadlilah dan keberkahan yang terdapat didalam bulan Ramadlan, tentunya dengan memperbanyak melakukan amalan-amalan wajib dan juga sunnah serta menjauhi segala apa-apa yang menjadi larangan Allah SWT. Akhirnya penulis mengucapkan MARHABAN YA RAMADLAN!!!


Senin, 24 Juni 2013

kenangan foto WISUDA/setelai ini mau jadi apa?






STELAH INI MAU JADI APA?

akhirnya aku lulus juga, begitulah kalimat yang sering terbesit dalam benakku saat aku telah mengikuti prosesi Wisuda sarjana S1 di STITA Sumenep. Banyak sekali cobaan dan rintangan yang harus aku lalui demi menggenggam gelar Sarjana ini. mulai dari finansial, fisik bahkan sampai pada psikis. 
Terus terang, aku tidak menyangka, kalau akhirnya aku bisa lulus juga menamatkan perguruan tinggi, setelah di awal-awal perjalanan kuliahku tidak berjalan mulus, bahkan nyaris terhenti karena terkendala biaya. maklum, orang tuaku hanya menjadi petani yang penghasilannya hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari. tapi aku terus berusaha untuk menyingkirkan segala rintangan tersebut. aku mulai menyiasati dengan mencari pekerjaan yang bisa untuk membuat perkuliahanku terselesaikan. sampai akhirnya, dengan ras Syukur kepada Allah SWT. aku Lulus juga kuliah.
Namun, walaupun sudah lulus, masalah tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan lebih kompleks lagi. setelah aku lulus kuliah mau jadi apa? dan mau bagaimana?. itulah masalah selanjutnya! 

Selasa, 21 Mei 2013

Pesta Demokrasi Paling Seru, Ya Pilkades



PESTA DEMOKRASI PALING SERU, YA PILKADES!
Oleh : Moh. Dasuki. SN

Sebagaimana kita tahu, Negara Indonesia menganut sistem demokrasi. Sehingga dalam pemilihan legislatif dan eksekutif dilakukan dengan sistem demokrasi, bahkan sampai pada pemilihan ketua kelas di sekolah biasanya juga demikian. Demokrasi memang bukanlah satu-saatunya sistem yang baik untuk Indonesia. Tapi, sampai saat ini masih belum ada sistem yang lebih baik dari demokrasi untuk Indonesia, begitulah ungkapan yang sering di pakai oleh para pakar.
Saat ini dikabupaten Sumenep, khususnya di beberapa wilayah telah atau akan melakukan salah satu kegiatan pesta demokrasi, yaitu pemilihan kepala desa (pilkades). Hemat penulis, pencalonan pilkades pada tahun ini merupakan babak baru yang terkesan lebih “Wah” di bandingkan dengan tahun sebelumnya. Demikian juga dengan manufer-manufer  politiknyapun juga jauh lebih heboh dan lebih seru dibandingkan dengan pemilihan kepala desa  lima tahun lalu.
Kita semuanya bisa melihat di daerah-daerah yang saat ini akan melaksanakan pilkades, para calon berlomba-lomba membuat poster yang disertai dengan fotonya calon dengan ukuran yang super besar, lengkap dengan kata-kata mohon doa’a restu dan dukungan atau kata-kata lain yang berupa janji-janji politik jika nanti terpilih, untuk menarik hati rakyat yang dipajang di pinggir-pinggir jalan. Seperti layaknya calon Bupati, Gubernur dan Presiden saja mereka.
Demikina juga dengan fanatisme pendukungnya (tim sukses), sungguh luar biasa. Kita mungkin pernah mendengar ada suami istri yang bertengkar bahkan sampai terjadi perceraian gara-gara berbeda dukungan, yang istri dukung si A sedangkan suami dukung calon si B misalnya, seperti yang terjadi di daerah saya. Demikian juga ada tetangga yang tidak akur dengan tetangga lainnnya, juga disebabkan karena berbeda dukungan.
Bahkan bagi sebagian pendukungnya rela berjaga-jaga setiap malam di daerah basis si calon karena dikhawatirkan ada tim sukses calon lain yang masuk ke daerahnya. Ini biasanya dilakukan ketika sudah hamper mendekati hari H. dan dilakukan dengan suka rela oleh pendukungnya, paling hanya di kasik makan, kopi plus rokok saja. Baru-baru ini saya pernah membaca status teman di jejaring social facebook yang berisi kampanye untuk mendukung salah satu calon kepala desa, seperti tingkat nasional saja, padahal suma tingkata desa. Bahkan dia mungkin tidak tahu ada berapa orang yang memiliki akun facebook di desanya.  Entahlah, apa yang telah di janjikan pada mereka kok samapai seperti itu, atau ini hanya fanatisme golongan saja.
Yang menjadi calon biasanya orang-orang yang sudah dikenali oleh masyarakat luas dan juga dari pihak kepala desa yang lama, entah itu dirinya anaknya bahkan juga istrinya (Wa Ahlihi). Jika pemerintahan kepala desa sebelumnya bagus maka bisa dipastikan dia atau ahlihinya akan menang.
Inilah memang demokrasi. Mungkin masyarakat pedesaan saat ini sudah mulai faham bagaimana dan apa itu demokrasi yang sesungguhnya. Dari pilkades itulah masyarakat mulai belajar bagaimana cara mempengaruhi massa dan cara berpolitik yang baik yang tidak terbatas pada pragmatisme belaka. Pokoknya menurut hemat penulis, pesta demokrasi peling seru, ya pilkades dech!!
                

Rabu, 06 Februari 2013

VALENTINE'S DAY


JANGAN IKUT-IKUTAN MERAYAKAN VALENTINE
Oleh : Moh. Dasuki SN

Sudah menjadi hal lumrah yang terjadi pada masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda, setiap tanggal 14 Pebruari mereka selalu merayakannya, disebut dengan hari Valentin. Walaupun sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak tahu tentang latar belakang atau histori hari valentin itu sendiri. Pada tanggal tersebut orang-orang menjadi sibuk membeli kenang-kenangan ataupun kado yang akan diberikan kepada kekasih mereka, katanya sebagai lambang bahwa dia sangat menyayanginya. Demikian juga pada media-media, baik surat kabar ataupun elektronik biasanya juga ikut mengucapkan selamat hari Valentin, bahkan ada toko ataupun supermarket yang memberikan diskon khusus pada saat perayaan hari Valentin tersebut.
Tapi, tahukah anda apa itu hari hari Valentin? Dan dari mana asal sejarahnya? Memang banyak versi berbeda-beda yang mengatakan tentang asal mula ditetapkannya tanggal 14 Pebruari menjadi hari Valentin, tapi yang jelas budaya tersebut tidaklah berasal dari budaya orang Islam, melainkan berasal dari budaya barat yang notabene adalah orang non Muslim. Sebab, dalam Islam untuk berkasih sayang sesama umat Islam itu tidak mengenal waktu dan tanggal tertentu, umat Islam dianjurkan untuk saling sayang menyayangi dan saling kasih mengasihi disetiap waktu. Barang siapa yang tidak mengasihi (sesama) maka dia tidak akan dikasihi (Allah), begitulah sabda Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.
Penulis sedikit akan memberikan ringkasan histori tentang asal mula hari Valentin ini. Menurut O. Sholihin dalam bukunya ”Jangan Jadi Bebek”, mengatakan latar belakang pada hari tersebut diberi nama hari Valentin karena pada hari itu ST. Valentine dihukum pancung oleh penguasa Roma. Karena ia menjadikan istri (mempersunting) seorang yang berasal dari bangsa Romawi dan memasukkannya pada agama Keristen. Peristiwa ini kira-kira terjadi sekitar tahun 273 M. Dalam perkembangannya, peristiwa tersebut dikaitkan dengan gebyar Valentine’s day.
Pada awalnya Valentin bukanlah pada tanggal 14 Pebruari, sebab, orang-orang Romawi merayakan hari besar mereka bertepatan pada tanggal 15 Pebruari yang diberi nama LUPERCALIA, yaitu sebagai penghormatan kepada Junu (tuhan wanita dan perkawinan) dan Pan (Tuhan dari alam ini), bentuk acaranya adalah laki-laki dan wanita berkumpul disuatu tempat lalu saling memilih keduanya lewat kado yang telah dikumpulkan dan diberi tanda sebelumnya, kalau misalkan kado milik si A yang di amabil maka si A menjadi pasangannya.
Seiring dengan perjalanan waktu, pihak gereja (waktu itu agama Kristen telah menyebar di Romawi) memindahkan upacara penghormatan itu pada tanggal 14 Pebruari dan tujuannya juga dibelokkan bukan lagi penghormatan, tapi memperingati tewasnya pendeta keristen yang dihukum pancung tadi. Nama acaranya juga berubah bukan lagi Lupercalia tapi ”Saint Valentine”.
Nah, dari kronologis diatas kita dapat mengetahui bahwa sebenarnya perayaan hari Valentine adalah tidak berasal dari Islam, melainkan penghormatan terhadap para dewa di romawi. Lantas, masihkah kita ikut latah untuk mengikutinya/merayakannya? Itu terserah pemabaca sekalian, jika dengan acara tersebut dapat membawa maslahat (kebaikan) bagi kita, berarti tidak apa-apa asalkan niatnya bukan untuk merayakan dan mengikuti budaya barat yang mereka anut sebagimana dalam kronolis diatas. Dan diganti dengan acara-acara yang berbau Islami dan bermanfaat kepada orang lain.
Kalau pada waktu itu (perayaan valentin) hanya dijadkan sebagai acara hura-hura, mabuk-mabukan dan kumpul kebo (zina), misalnya, maka jelas acara ini harus ditentang dan ditinggalkan jauh-jauh oleh pemuda Muslim khususnya. Dan kebanyakan memang seperti inilah realita yang terjadi dan sering dilakukan oleh pemuda sekarang. Kalau begitu berarti bisa jadi valentin adalah sebagian sarana alat penjajahan barat, paling tidak dari sisi budaya dan gaya hidup agar kita mengikuti mereka. Oleh karena itu, Semoga kita tidak latah ikut-ikutan budaya barat yang tidak ada manfaatnya sama sekali dan kita mampu menfilternya.