DILEMA PARA
PETANI DAUN EMAS
Oleh : Moh. Dasuki SN*
Musim tembakau telah tiba, petani
sudah mulai disibukkan dengan berbagai aktivitas menanam daun emas tersebut.
Walaupun sebenarnya para petani tersebut masih memiliki perasaan dilema dan
bimbang ketika melihat terhadap kondisi harga tembakau di musim kemarin yang
sungguh sangat diluar harapan mereka. Musim kemarin harga tembakau sangat murah
sekali bahkan sampai ada yang tidak terjual dengan alasan kualitasnya tidak
bagus. Tapi, mau gimana lagi wong menanam tembakau merupakan salah satu
mata pencaharian pokok mereka, bahkan tidak jarang orang yang rejekinya menggantungkan
pada hasil panen tembakau tersebut.
Para petani saat sekarang lagi
sibuk-sibknya mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam menanam dan
memelihara tembakau, baik dari segi kesehatan fisik dan juga dari segi biaya.
Sebab dalam bertani tembakau dibutuhkan fisik prima dan keahlian khusus untuk
merawat dan memelihara daun emas tersebut, teremasuk juga pemberian pupuk yang diberikan
harus sesuai dengan kadar yang dibutuhkan oleh tembakau, sehingga pertumbuhan
tembakau bagus dan memiliki kualitas tinggi, tentunya untuk memperoleh pupuk
tersebut para petani tembakau harus mengeluarkan biaya yang lumayan besar.
Petani tembakau sangat bergantung
pada cuaca, karena apabila cuaca tidak bagus (sering hujan) maka sudah dapat
dipastikan kualitas tembakau akan jelek dan tidak akan laku di pasaran (gudang),
walupun laku harganya sangat murah sekali, kalu dihitung-hitung dari hasil
penjualannya tidak cukup untuk biaya mulai dari menanam sampai panen. Tapi,
apabila cuaca baik maka kualitas tembakau akan bagus dan harganya bisa melonjak
tinggi, tentunya hal inilah yang diharapkan oleh semua para petani daun emas
tersebut.
Bertani tembaku tetaplah harus
dilaksanakan bagi sebagian orang yang telah terbiasa bertani, terutama di
pedesaan, walaupun pada tahun kemarin sudah menanggung kerugian yang lumayan
besar. Bermacam alasan yang mereka
lontarkan mengapa tetap bertani tembakau, ada yang bilang untuk menghidupi
tanah-tanah mereka karena sudah lama tidak ditanam-tanami, ada juga yang bilang
ketika sudah musim panen tembaku nanti "tako' pas kastah"(Madura), soalnya
dikhawatirkan harga tembakau yang akan datang bisa tinggi. Sehingga urusan
modal tidak menjadi soal lagi bagi mereka, walaupun dengan berhutang kepada
para rentenir mereka tetap pasrah melakukannya hanya demi untuk bisa menanam
daun emas ini.
Begitu besarnya ketergantungan para
petani tembakau terhadap daun emas ini, sehingga dibutuhkan peran serta
pemerintah utuk ikut andil dan memikirkan nasib mereka, terutama DPRD Kabupaten
Sumenep supaya memberikan peraturan dan duduk bareng dengan pihak gudang agar
dalam proses transaksi harga tembakau terjadi tawar menawar yang bisa
menguntungkan kepada para petani. Sangat baik dan memberikan apresiasi jika apa
yang dikatakan oleh wakil ketua DPRD Sumenep, Faisal Mukhlis, S. Ag. diwaktu
ada kunjungan dari KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) Jawa Timur dapat direalisasikan,
beliau mengatakan " Tata niaga tembakau harus diatur melalui Peraturan
yang menguntungkan Posisi tawar menawar petani" (Parlement Edisi IV). Hal
ini jangan hanya dijadikan opini belaka dan harus betul–betul direalisasikan
agar nasib para petani tembakau tidak begitu terpuruk seperti yang terjadi pada
tahun kemarin.
Tulisan ini di muat di Majalah Parlement Sumenep