Rabu, 06 Februari 2013

VALENTINE'S DAY


JANGAN IKUT-IKUTAN MERAYAKAN VALENTINE
Oleh : Moh. Dasuki SN

Sudah menjadi hal lumrah yang terjadi pada masyarakat Indonesia, khususnya para pemuda, setiap tanggal 14 Pebruari mereka selalu merayakannya, disebut dengan hari Valentin. Walaupun sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak tahu tentang latar belakang atau histori hari valentin itu sendiri. Pada tanggal tersebut orang-orang menjadi sibuk membeli kenang-kenangan ataupun kado yang akan diberikan kepada kekasih mereka, katanya sebagai lambang bahwa dia sangat menyayanginya. Demikian juga pada media-media, baik surat kabar ataupun elektronik biasanya juga ikut mengucapkan selamat hari Valentin, bahkan ada toko ataupun supermarket yang memberikan diskon khusus pada saat perayaan hari Valentin tersebut.
Tapi, tahukah anda apa itu hari hari Valentin? Dan dari mana asal sejarahnya? Memang banyak versi berbeda-beda yang mengatakan tentang asal mula ditetapkannya tanggal 14 Pebruari menjadi hari Valentin, tapi yang jelas budaya tersebut tidaklah berasal dari budaya orang Islam, melainkan berasal dari budaya barat yang notabene adalah orang non Muslim. Sebab, dalam Islam untuk berkasih sayang sesama umat Islam itu tidak mengenal waktu dan tanggal tertentu, umat Islam dianjurkan untuk saling sayang menyayangi dan saling kasih mengasihi disetiap waktu. Barang siapa yang tidak mengasihi (sesama) maka dia tidak akan dikasihi (Allah), begitulah sabda Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.
Penulis sedikit akan memberikan ringkasan histori tentang asal mula hari Valentin ini. Menurut O. Sholihin dalam bukunya ”Jangan Jadi Bebek”, mengatakan latar belakang pada hari tersebut diberi nama hari Valentin karena pada hari itu ST. Valentine dihukum pancung oleh penguasa Roma. Karena ia menjadikan istri (mempersunting) seorang yang berasal dari bangsa Romawi dan memasukkannya pada agama Keristen. Peristiwa ini kira-kira terjadi sekitar tahun 273 M. Dalam perkembangannya, peristiwa tersebut dikaitkan dengan gebyar Valentine’s day.
Pada awalnya Valentin bukanlah pada tanggal 14 Pebruari, sebab, orang-orang Romawi merayakan hari besar mereka bertepatan pada tanggal 15 Pebruari yang diberi nama LUPERCALIA, yaitu sebagai penghormatan kepada Junu (tuhan wanita dan perkawinan) dan Pan (Tuhan dari alam ini), bentuk acaranya adalah laki-laki dan wanita berkumpul disuatu tempat lalu saling memilih keduanya lewat kado yang telah dikumpulkan dan diberi tanda sebelumnya, kalau misalkan kado milik si A yang di amabil maka si A menjadi pasangannya.
Seiring dengan perjalanan waktu, pihak gereja (waktu itu agama Kristen telah menyebar di Romawi) memindahkan upacara penghormatan itu pada tanggal 14 Pebruari dan tujuannya juga dibelokkan bukan lagi penghormatan, tapi memperingati tewasnya pendeta keristen yang dihukum pancung tadi. Nama acaranya juga berubah bukan lagi Lupercalia tapi ”Saint Valentine”.
Nah, dari kronologis diatas kita dapat mengetahui bahwa sebenarnya perayaan hari Valentine adalah tidak berasal dari Islam, melainkan penghormatan terhadap para dewa di romawi. Lantas, masihkah kita ikut latah untuk mengikutinya/merayakannya? Itu terserah pemabaca sekalian, jika dengan acara tersebut dapat membawa maslahat (kebaikan) bagi kita, berarti tidak apa-apa asalkan niatnya bukan untuk merayakan dan mengikuti budaya barat yang mereka anut sebagimana dalam kronolis diatas. Dan diganti dengan acara-acara yang berbau Islami dan bermanfaat kepada orang lain.
Kalau pada waktu itu (perayaan valentin) hanya dijadkan sebagai acara hura-hura, mabuk-mabukan dan kumpul kebo (zina), misalnya, maka jelas acara ini harus ditentang dan ditinggalkan jauh-jauh oleh pemuda Muslim khususnya. Dan kebanyakan memang seperti inilah realita yang terjadi dan sering dilakukan oleh pemuda sekarang. Kalau begitu berarti bisa jadi valentin adalah sebagian sarana alat penjajahan barat, paling tidak dari sisi budaya dan gaya hidup agar kita mengikuti mereka. Oleh karena itu, Semoga kita tidak latah ikut-ikutan budaya barat yang tidak ada manfaatnya sama sekali dan kita mampu menfilternya.