Selasa, 03 Juli 2012

Isra' Mi'raj dan Keagungan Shalat

ISRA' MI'RAJ DAN KEAGUNGAN SHALAT
Oleh. Moh. Dasuki SN

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, banyak sekali kejadian yang dialami dan dilakukan beliau, berada diluar kemampuan akal manusia biasa untuk memikirkannya, salah satunya adalah peristiwa Isra' Mi'raj. Isra' Mi'raj merupakan perjalanan spritual Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Allah SWT dari masjidil Haram kemasjid Al-aqsho, kemudian di lanjutkan ke langit ke tujuh yang disebut dengan shidratul munthaha dalam jangka waktu yang tidak lama, cuma satu malam (Lih, QS. Al-Israa:1).
Ketika Nabi bercerita tentang peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut, Orang-orang disekitar Nabi Muhammad yang tidak beriman, tidak mempercayainya, termasuk kedua paman Rasulullah sendiri yang bernama Abu Jahal dan Abu Lahab juga tidak percaya. Orang-orang kafir juga sering mengolok-olok beliau dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad itu gila, Nabi Muhammad itu mengada-ada, mana mungkin perjalanan yang begitu jauhnya, bahkan dengan memakai unta sekalipun masih membutuhkan waktu puluhan hari untuk sampai ke masjid Al-Aqsha, bagaimana bisa ditempuh hanya dalam jangka waktu satu malam?, begitulah kira-kira ocehan orang-orang kafir yang tidak percaya terhadap peristiwa Isra’ Mi’rajnya Rasulullah.
Tapi,  dari sekian orang yang tidak percaya tersebut, ternyata ada salah satu sahabat yang langsung mempercayainya, yakni sahabat Abu Bakar, ketika dia ditanya oleh salah seorang, apakah dia percaya tentang hal tersebut, Abu Bakar langsung berkata “Aku mempercayainya tentang hal-hal lebih jauh dan lebih aneh dari itu”, dan dia merupakan sahabat yang pertama kali mempercayai dan membenarkan peristiwa Isra' Mi'raj Rasul, sehingga dia memperoleh gelar As-Shiddik yang berarti jujur atau benar.
Menurut riwayat yang telah masyhur, termasuk juga pendapat Imam Syafi'ie, bahwa peristiwa Isra' Mi'raj itu terjadi pada bulan Rajab, sehingga sampai saat ini, orang-orang Muslim memperingati peristiwa Mi’raj tersebut pada 27 Rajab. Hal ini tidak langsung serta merta terjadi, tentunya ada hal lain yang melatar belakangi mengapa peristiwa Mi’raj bisa terjadi pada bulan Rajab. Menurut Imam Syafi’ie karena Bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang di agungkan oleh Allah dan memiliki berbagai fadilah (keutaman), demikian juga dengan bulan-bulan berikutnya yakni bulan Sya'ban dan Ramadhan. Bulan Rajab merupakan gerbang pertama untuk meraih fadhilah (keutamaan) dibulan-bulan berikutnya. Jadi, bulan Rajab itu bisa dikatakan sebagai batu loncatan untuk meraih berbagai berkah dan fadhilah yang ada di bulan sesudahnya, bulan Sya'ban dan Ramadhan.
Nabi Muhammad juga menganjurkan melakukan puasa pada bulan Rajab, mengenai hal ini dapat kita jumpai pada hadist beliau yang diriwayatkan oleh Al-baihaqi dalam kitab “Syuabul Iman” dari Anas Bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, Yang artinya: "Sesungguhnya di surga ada suatu sungai bernama "Rajab", warnanya lebih putih dari susu, rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa berpuasa sehari pada bulan Rajab maka dia akan diberi minum oleh Allah dari sungai itu" (lih. kitab Dzurratun Nashihien hal. 201). Walaupun sebenarnya masih ada sebagian ulama yang meragukan tentang keshahehan hadist ini.
Dalam peristiwa Isra' Mi'raj tersebut, Nabi Muhammad menerima amanah dan perintah yang harus disampaikan dan dilaksanakan oleh beliau beserta ummatnya, yakni perintah melaksanakan ibadah shalat. Datangnya perintah shalat berbeda dengan datangnya perintah ibadah-ibadah lain, ibadah lain biasanya Rasulullah menerimanya dibumi, Allah menyampaikan perintah-Nya melalui malaikat Jibril dengan berupa wahyu. Sedangkan Shalat merupakan satu-satunya ibadah yang perintahnya diterima langsung oleh Nabi Muhammad tanpa perantara malaikat Jibril. Ini menunjukkan betapa besar fadhilah dan  pahala yang terkandung didalam shalat itu sendiri.
Shalat merupakan puncak dari segala ibadah kepada Allah SWT jika dalam pelaksanaannya sesuai dengan syari'at yang telah ditetapkan dalam agama Islam. Menurut hadist Nabi, shalat merupakan amal perbuatan pertama kali yang akan dihisab kelak, jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amal perbuatannya, dan jika shalatnya jelek maka jeleklah seluruh amal perbuatannya. Sebab, shalat itu dapat mencegah dari suatu perbuatan yang keji (fahsya’) dan mungkar (lih. QS. Al-Ankabuut : 45)
Saya masih ingat waktu ngaji dahulu, bahwa Dalam keterangan yang terdapat dalam kitab Tanqihul Qoul, ibadah shalat merupakan ibadah yang memiliki dan mengandung nilai multi ibadah. Yakni Shalat bisa mengandung nilai jihad, puasa, juga nilai haji dan nilai-nilai ibadah yang lain. Mengandung nilai jihad, karena orang yang melaksanakan shalat harus berjihad (berusaha) untuk memerangi syaitan dan hawa nafsunya untuk melaksanakan shalat. Mengandung nilai puasa karena didalam shalat seseorang tidak diperbolehkan untuk makan dan minum, jika makan dan minum terjadi maka shalatnya pasti batal. Shalat bisa mengandung nilai haji, karena orang yang melaksanakan shalat pasti hatinya telah berniat untuk menghadab ke ka'bah atau Baitullah.
Disamping hal diatas, Dalam bidang kedokteran (kesehatan) shalat sangat baik sekali untuk kesehatan tubuh, semua gerakan yang ada dalam shalat mulai dari takbiratul ihram (Takbir yang pertama) sampai pada salam merupakan gerakan yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia. Sungguh shalat merupakan ibadah yang memberikan fadhilah sangat kompleks sekali bagi kehidupan manusia., inilah fungsi terbesar yang ada dalam shalat, disamping baik untuk kesehatan rohani juga baik untuk kesehatan jasmani. Lantas masihkah kita mau melalaikan shalat????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong isi dulu yang lengkap ya, karena anda sangat berarti bagi kami